LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN 1


LAPORAN PBL I

Stikes Warna.jpg


DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III

RIA ENES DWI PUTRI H (NPM : 1326020010)
LUKMAN S.I
WINDA GUSTIANA
RONA RIA SANTI
ANA SOFIANTI SINAMBELA
KIKI NOVITA PUTRI
JANDARA HERAWAN
NANA SUJANA PUTRA







PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2016


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus dihujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Berkaitan dengan hal itu, Undang-Undang Republik Indonesia No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dicapai melalui penyelenggarakan pembangunan kesehatan. Pembangunan yang dilaksanakan harus dapat menjamin bahwa manfaatnya dapat diterima oleh semua pihak, berdampak adil bagi perempuan dan laki-laki (Kemenkes RI, 2010).
Di dalam UUD NO 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 2 dan 3 dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan prikemanusiaan keseimbangan, manfaat, perlingdungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan non diskriminatif dan norma-norma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya, sebagai infestasi bagi pembangunan sumber daya mausia yang produkstif secara sosial dan ekonomis (Kemenkes RI, 2010).
Kesehatan lingkungan adalah ilmu dan seni untuk mencegah pengganggu, menanggulangi kerusakan dan meningkatkan atau memulihkan fungsi lingkungan melalui pengelolaan unsur-unsur atau faktor-faktor lingkungan yang beresiko terhadap kesehatan manusia dengan cara identifikasi, analisis, interfensi/rekayasa lingkungan, sehingga tersediannya lingkungan yang menjamin bagi derajat kesehatan manusia secara optimal (Cahyono, 2000).
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, meningkatkan kesejahteraan manusia dan masyarakat serta untuk mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat. Sarana dan kebijakan pembangunan perumahan dewasa ini dirasakan pada golongan masyarakat yang berpaling rendah, daerah kumuh, perkotaan, daerah perdesaan dan daerah terpencil (Haris, 2007).
Perumahan yang sehat adalah perumahan yang memenuhi persyaratan antara lain memenuhi kebutuhan psikologis, memenuhi kebutuhan fisologis, mencegahan penularan dan mencegah kejadian kecelakaan. Dari hasil data statistik pembangunan perumahan di Indonesia tahun 1984, lembaga pembangunan rumah baik swasta maupun pemerintah hanya menyediakan 15% dari kebutuhan rumah, selebihnya dibangun oleh masyarakat sendiri, selanjutnya pada tahun 1990 lembaga pembangunan rumah swasta dan pemerintah membangun 706.939 unit  rumah. Angka tersebut sanagat kecil bila dibandingkan dengan kebutuhan penduduk akan rumah sehat (Depkes RI, 1999).
Rumah  atau  tempat  tinggal  yang  kumuh  dapat mendukung  terjadinya  penularan  penyakit  dan gangguan  kesehatan,  diantaranya  infeksi  saluran pernapasan,  seperti  common  cold,  TBC,  influenza, campak,  batuk  rejan  (Chandra,  2006).  Berdasarkan profil  kesehatan Indonesia tahun 2014, bahwa  persentase rumah  yeng telah memenuhi syarat kesehatan   yaitu  di  Provinsi  Bengkulu  dengan presentase (69.70 %).  (Kemenkes, R.I, 2014) itu artinya jumlah rumah yang belum memenuhi syarat kesehatan masih cukup tinggi.
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang kami lakukan pada PBL 1, bahwa kasus ISPA yang ditemukan di Kelurahan Sidomulyo meningkat yaitu 10 kasus ispa baru, kasus ini ditemukan di Kelurahan Sidomulyo  khususnya di RT 37 dan RT 35 dimana di RT tersebut terdapat  beberapa  rumah  yang  dapat dikatakan  tidak  memenuhi  persyaratan  rumah  sehat, yang  ditandai  dengan kondisi dapur yang tidak memenuhi standar sehat,  yaitu dapur yang  masih masih beralaskan tanah yang menimbulkan debu, dan luas dapur yang terlalu sempit sehingga sirkulasi udara di dalam dapur menjadi  kurang baik. Lantai  rumah  yang  masih beralaskan  tanah  dan  dinding  rumah  yang  tidak diplester/masih dinding papan yang rentan dengan kelapukan  sehingga  dapat  menyebabkan  debu beterbangan di dalam rumah.. Dan proses pengolahan sampah yang mayoritas dengan cara pembakaran, dapat menimbulkan polusi asap dan debu. Serta sumber air bersih yang tidak baik.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka permasalahannya adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kejadian ISPA di wilayah kerja Sidomulyo pada kelurahan Sidomulyo?

C.    Tujuan
1.      Tujuan Umum
Tujuan Umum Kelompok I dalam melakukan PBL 1 di Wilayah Puskesmas sidomulyo memperoleh pengalaman terhadap suatu masalah kesehatan masyarakat secara nyata di lapangan, Melalui tahapan identifikasi masalah, prioritas maslah, dan penetuan alternatif pemecahan masalah.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mendapatkan Data Primer di wilayah kerja Puskesmas sidomulyo, yaitu di 1 kelurhan 3 RT.
b.      Menentukan identifikasi masalah terutama di wilayah kerja Puskesmas sidomulyo, yaitu di 1 kelurhan 3 RT.
c.       Menentukan Prioritas masalah yang ada di wilayah kerja Puskesmas sidomulyo, yaitu di 1 kelurhan 3 RT.
d.      Memberikan alternatif pemecahan masalah terutama di wilayah kerja Puskesmas sidomulyo, yaitu di 1 kelurahan 3 RT.





D.    Manfaat
1.      Manfaat Bagi Puskesmas
Sebagai umpan balik dari pelaksaan kegiatan PBL 1 untuk pembinaan maupun program berikutnya, dan masukan bagi pihak Puskesmas tentang masalah yang dihadapi oleh masyarakat dalam meningkatkan kualitas dan pengambilan keputusan.
2.      Manfaat Bagi Masyarakat
Masyarakat mengetahui masalah kesehatan yang ada dilingkungan dan bagaimana mencegah dan menanggulanginya penyakit ISPA sehingga terciptanya derajat kesehatan yang tinggi.
3.      Manfaat Bagi Stikes TMS
Sebagai referensi dan bahan masukan bagi mahasiswa STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu khususnya Program Studi Kesehatan Masyarakat dalam melakukan PBL selanjutnya.
4.      Manfaat Bagi Mahasiswa
a.       Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa melakukan tanggung jawab dan masyarakat yang terjadi di wilayah kerjanya
b.      Mendapatkan ilmu dan pengetahuan tentang permasalahan kesehatan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas sidomulyo.
c.       Sebagai jembatan untuk menganalisis permasalahan dan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah.
d.      Mahasiswa mampu mengembangkan dan mempraktekkan ilmu yang di dapatkan di kampus.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      SYARAT RUMAH SEHAT
Setiap manusia, di manapun berada, membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepas lelah, tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan di antara anggota keluarga, serta sebagai tempat berlindung dan menyimpan barang berharga. Selain itu, rumah juga merupakan status lambang sosial. (Azwar, 1996; Mukono, 2000).
Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat.  Karena itu, pengadaan rumah merupakan tujuan fundamental yang kompleks dan tersedianya standar perumahan adalah isu penting dari kesehatan masyarakat. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan, sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial. (Krieger and Higgins, 2002).
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4 Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan individu. (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwarumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu, keberadaan  rumah yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik
Kriteria rumah sehat:
1.         Ventilasi
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam suatu ruangan dan pengeluaran udara kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah maupun secara buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan manusia pada suatu ruangan kediaman yang tertutup atau kurang ventilasi.
Pengaruh-pengaruh buruk itu adalah ( Sanropie, 1989 ) :
a.       Berkurangnya kadar oksigen diudara dalam ruangan kediaman,
b.       Bertambahnya kadar asam karbon ( CO2 ) dari pernafasan manusia,
c.       Bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulut manusia,
d.      Suhu udara dalam ruang ketajaman naik karena panas yang dikeluarkan oleh badan manusia dan
e.       Kelembaban udara dalam ruang kediaman bertambah karena penguapan air dan kulit pernafasan manusia.

Dengan adanya ventilasi silang ( cross ventilation ) akan terjamin adanya gerak udara yang lancar dalam ruang kediaman. Caranya ialah dengan memasukkan kedalam ruangan udara yang bersih dan segar melalui jendela atau lubang angin di dinding, sedangkan udara kotor dikeluarkan melalui jendela/lubang angin di dinding yang berhadapan. Tetapi gerak udara ini harus dijaga jangan sampai terlalu besar dan keras karena gerak angin atau udara  yang berlebihan meniup badan seseorang, akan mengakibatkan penurunan suhu badan secara mendadak dan menyebabkan jaringan selaput lendir kan berkurang sehingga mengurangi daya tahan pada jaringan dan memberikan kesempatan kepada bakteri-bakteri penyakit berkembang biak, dan selanjutnya menyebabkan gangguan kesehatan, yang antara lain : masuk angin, pilek atau kompilasi radang saluran pernafasan. Gejala ini terutama terjadi pada orang yang peka terhadap udara dingin. Untuk menghindari akibat buruk ini, maka jendela atau lubang ventilasi jangan terlalu besar/banyak, tetapi jangan pula terlalu sedikit.
Jika ventilasi alamiah untuk pertukaran udara dalam ruangan kurang memenuhi syarat, sehingga udara dalam ruangankyrang memenuhi syarat, sehingga udara dalam ruangan akan berbau pengap, maka diperlukan suatu sistem pembaharuan mekanis. Untuk memperbaiki keadaan ruang dalam ruangan, system mekanis ini harus bekerja terus menerus selama ruangan yang dimaksud digunakan. Alat mekanis yang biasa digunakan/dipakai untuk sistem pembaharuan udara mekanis adalah kipas angin(ventilating, fan atau exhauster ), atau air conditioning.  

2.         Lantai
Lantai harus cukup kuat untuk menahan beban diatasnya. Bahan untuk lantai xbiasanya digunakan ubin, kayu plesteran, atau bambu dengan syarat-syarat tidak licin, stabil tidak lentur waktu diinjak, tidak mudah aus, permukaan lantai harus rata dan mudah dibersihkan. Macam-macam lantai :
a.    Lantai tanah stabilitas.
Lantai tanah stabilitas terdiri dari tanah, pasir, semen, dan kapur. Contoh : tanah tercampur kapur dan semen. Untuk mencegah masuknya air kedalam rumah sebaiknya lantai dinaikkan 20 cm dari permukaan tanah
b.    Lantai papan
Pada umumnya lantai papan dipakai di daerah basah/rawa. Yang perlu diperhatikan dalam pemasangan lantai adalah :
1)      Sekurang-kurangnya 60 cm di atas tanah dan ruang bawah tanah harus ada aliran tanah yang baik.
2)      Lantai harus disusun dengan rapidan rapat satu sama lain, sehingga tidak ada lubang-lubang ataupun lekukan dimana debu bisa bertepuk. Lebih baik jika lantai seperti ini dilapisi dengan perlak atau kampal plastik ini juga berfungsi sebagai penahan kelembaban yang naik dari di kolong rumah.
3)      Untuk kayu-kayu yang tertanam dalam air harus yang tahan air dan rayap serta untuk konstruksi di atasnya agar lantai kayu yang telah dikeringkan dan diawetkan.
c.    Lantai ubin
Lantai ubin adalah lantai yang terbanyak digunakan pada bangunan perumahan karena lantai ubin murah/tahan lama, dapat mudah dibersihkan dan tidak dapat mudah dirusak rayap.

3.    Jamban (WC)
Angka kesakitan penyakit diare di Indonesia masih tinggi. Salah satu penyebab tingginya angka kejadian diare adalah rendahnya cakupan penduduk yang memanfaatkan sarana air bersih dan jamban serta PHBS yang belum diterapkan . Menurut data dari 200.000 anak balita yang meninggal karena diare setiap tahun di Asia, separuh di antaranya adalah di Indonesia.
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat antara lain sebagai berikut :
a.     Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
b.    Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau sumur, jarak jamban > 10 m dari sumur dan bila membuat lubang jamban jangan sampai dalam lubang tersebut mencapai sumber air.
c.     Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
d.    Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain. Kotoran manusia yang dibuang harus tertutup rapat.
e.     Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang benar benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.
f.     Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
g.    Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
Ada 4 cara pembuangan tinja yaitu:
1)        Pembuangan tinja di atas tanah, pada cara ini tinja dibuang begitu saja di atas permuakaan tanah, halaman rumah, di kebun, di tepi sungai dan sebagainya. Cara demikian tentu sama sekali tidak dianjurkan, karena dapat mengganggu kesehatan.
2)        Kakus lubang gali (pit pravy),  cara ini merupakan salah satu yang paling mendekati persyaratan yang harus dipenuhi. Tinja dikumpulkan di dalam tanah dan lubang di bawah tanah, umumnya langsung terletak di bawah ± 90 cm = kedalaman sekitar 2,5 m. Dinidngnya diperkuat dengan batu, dapat ditembok ataupun tidak, macam kakus ini hanya baik digunakan di tempat di mana air tanah letaknya dalam.
3)        Kakus air (aqua privy), cara ini hampir mirip dengan kakus lubang gali, hanya lubang kakus dibuat dari tangki yang kedap air yang berisi air, terletak langsung di bawah tempat jongkok. Cara kerjanya merupakan peralihan antara lubang kakus dengan septic tank. Fungsi dari tank adalah untuk menerima, menyimpan, mencernakan tinja serta melindunginya dari lalat dan serangga lainnya. Bentuk bulat, bujur sangkar atau empat persegi panjang diletakkan vertikal dengan diameter antara 90 – 120 cm.
4)        Septic Tank, merupakan cara yang paling memuaskan dan dianjurkan diantara pembuangan tinja dan dari buangan rumah tangga. Terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air dimana tinja dan air ruangan masuk dan mengalami proses dekomposisi. Di dalam tangki, tinja akan berada selama 1-3 minggu tergantung kapasitas tangki.
           
       Pembuangan tinja yang buruk sekali berhubungan dengan kurangnya penyediaan air bersih dan fasilitas kesehatan lainnya. Kondisi-kondisi demikian ini akan berakibat terhadap serta mempersukar penilaian peranan masing-masing komponen dalam transmisi penyakit namun sudah diketahui bahwa terhadap hubungan antara tinja dengan status kesehatan. Hubungan keduanya dapat bersifat langsung ataupun tak langsung. Efek langsung misalnya dapat mengurangi insiden penyakit tertentu yang dapat ditularkan karena kontaminasi dengan tinja, misalnya thypus abdominalis, kolera dan lain-lain, sedanngkan hubungan tak langsung dari pembuangan tinja ini bermacam-macam, tetapi umumnya berkaitan dengan komponen-komponen lain dalam sanitasi lingkungan.
   
4.      Sarana Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
a.    Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
b.    Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l)
c.    Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)
d.   Jarak sarana air bersih dengan tangki septic ( septic tank) 10 meter

5.      Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Air limbah atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industrialisasi. Dalam kehidupan sehari-hari pengelolaan air limbah dilakukan dengan cara menyalurkan air limbah tersebut jauh dari tempat tinggal tanpa diolah sebelumnya. Air buangan yang dibuang tidak saniter dapat menjadi media perkembangbiakan mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun serangga yang dapat menjadi media transmisi penyakit.
a.     Sarana pembuangan limbah
Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut:
1)        Tidak mencemari sumber air bersih
2)        Tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang serangga/nyamuk
3)        Tidak menimbulkan bau
4)        Tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak menyenangkan

b.      Dampak dari Pencemaran Limbah
Pengelolaan air buangan yang tidak baik akan berakibat buruk terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Beberapa akibatnya yaitu:
1.      Akibat Terhadap Lingkungan
Air buangan limbah dapat menjadi sumber pengotoran, sehingga bila tidak dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan pencemaran terhadap air permukaan, tanah atau lingkungan hidup dan terkadang dapat dapat menimbulkan bau serta pemandangan yang tidak menyenangkan.
2.      Akibat Terhadap Kesehatan Masyarakat.
Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat menjadi media tempat berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun serangga lainnya dan juga dapat menjadi media transmisi penyakit seperti cholera, thypus dan lainnya.

6.         Pencahayaan
Sanropie ( 1989 ) menyatakan bahwa cahaya yang cukup kuat untuk penerangan di dalam rumah merupakan kebutuhan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahay buatan dan cahaya alam.
a.   Pencahayaan alamiah
Pencahayaan alamiah diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalam ruanagn melalui jendela celah-celah atau bagian ruangan yang terbuka. Sinar sebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon maupun tembok pagar yang tinggi. Kebutuhan standar cahaya lami yang memenuhi syarat kesehatan untuk kamar keluarga dan kamar tidur menurut WHO 60-120 Lux. Suatu cara untuk menilai baik tau tidaknya penerangan alam yang terdapat dalam rumah, adalah sebagai berikut :
1)      baik, bila jelas membaca koran dengan huruf kecil;
2)      cukup, bila samar-samar bila membac huruf kecil ;
3)      kurang, bila hanya huruf besar yang terbaca dan ;
4)      buruk, bila sukar membaca huruf besar.
Pemenuhan kebutuhan cahaya untuk penerangan alamiah sangat ditentukan oleh letak dan lebar jendela.
b.    Pencahayaan buatan
Untuk penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan memilih sistem penerangan dengan suatu pertimbangan hendaknya penerangan tersebut dapat menumbuhkan suasana rumah yang lebih menyenangkan. Lampu Flouresen ( neon ) sebagai sumber cahaya dapat memenuhi kebutuhan penerangan karena pada kuat penerangan yang relative rendah mampu menghasilkan cahaya yang bila dibandingkan dengan penggunaan lampu pijar. Bila ingin menggunakan lampu pijar sebaiknya dipilih yang warna putih dengan dikombinasikan beberapa lampu neon.
Untuk penerangan malam hari dala ruangan terutama untuk ruang baca dan ruang kerja, penerangan minimum adalah 150 Lux sama dengan 10 watt lampu TL, atau 40 watt dengan lampu pijar.

7.    Langit-langit dapur
Langit-langit dapur kita sebaiknya tetap terjaga buat tujuan dan sanitasi makanan. Bentuknya sebaiknya rata dan datar, tak banyak ornamen nan kemudian bisa dihuni oleh debu, laba-laba, dan kotoran lainnya. Lalu, kuat dan tak ada bagian  retak ataupun pecah. Sebaiknya, rona putih atau berwarna cerah agar  harmonis dengan rona dinding. Bila memungkinkan, terdapat cerobong (hood)  yang berfungsi untuk  membuang asap dan udara kotor dari dapur ke luar.
8.    Kelembaban
Kelembaban mengacu pada jumlah partikel air (dengan kata lain, uap air) yang ada di udara. Udara memiliki kapasitas tertentu untuk menahan partikel-partikel air yang sering bervariasi dengan suhu sekitarnya. Saat cuaca berawan, musim panas atau hujan, akan ada kelembaban yang tinggi di udara. Anda juga mungkin merasa berkeringat dan lebih panas daripada biasanya, sebagai uap air di udara telah mencapai tingkat kejenuhan. Demikian pula,  ketika suhu turun selama musim dingin, udara menjadi kering. Tingkat kelembaban rendah juga dapat terjadi di tempat-tempat yang sangat panas dimana tidak ada hujan selama berbulan-bulan.
a.              Pengaruh Tingkat Kelembaban Tinggi
1)        Jika tingkat kelembaban relatif yang tinggi baik karena kondisi eksternal, seperti suhu udara terbuka atau faktor manusia, udara akan membawa lebih banyak uap air yang dapat mengakibatkan kondisi seperti embun pada permukaan yang dingin, menyebabkan kelembaban di sekitar kita.
2)        Sebagai kumpulan air yang terbentuk pada dinding, jendela dan pintu, permukaan ini mengundang berkembang-biaknya jamur dan lumut yang menjadi sumber berbagai masalah kesehatan kita.
3)        jamur, bersama dengan tungau dan debu sering menyebabkan masalah pernapasan seperti asma, alergi dan batuk. Mikroorganisme tersebut juga dapat tumbuh di pakaian dalam kondisi basah.
4)        Seperti udara sekitarnya yang kaya dengan uap air, tubuh anda mungkin keringat mengucur deras dan anda mungkin mengalami kegerahan bahkan selama cuaca berawan.
5)        Kelembaban juga dapat menyebabkan dinding kertas atau lukisan menjadi lepek, atau bahkan menyebabkan dinding plester yang baru dikerjakan mengalami retak.
6)        Tingkat kelembaban tinggi di rumah kita dapat menyebabkan pintu kayu atau jendela memuai atau melebar sehingga tidak sesuai dengan ukuran kusen.

b.          Pengaruh Tingkat Kelembaban Rendah
Ketika kelembaban turun di bawah tingkat kenyamanan, anda mungkin akan mengalami udara kering dan juga mungkin merasakan dingin yang tidak menyenangkan selama musim dingin. Seperti udara lembab yang sangat tinggi, udara kering juga dapat menyebabkan masalah kesehatan yang terkait seperti kulit kering, bibir pecah-pecah, dan lain-lain. Ketika Anda bernafas dalam udara dingin dan sangat kering, anda juga mungkin mengalami kesulitan bernafas atau mendapatkan sakit tenggorokan selama pagi dan malam hari di saat musim angin.
Tidak seperti tingkat kelembaban tinggi, udara kering tidak berpengaruh begitu banyak pada alat-alat rumah tangga. Akan tetapi furnitur seperti pintu, jendela biasanya menciut akibat kekeringan ekstrim udara di sekitarnya.
Singkatnya, faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi kelembaban di rumah Anda adalah sebagai berikut:
1)      Kondisi cuaca dan tingkat suhu di luar rumah Anda. 
2)      Bagaimana bangunan tersebut dilindungi dari kelembaban, dan lain-lain, serta kebocoran. 
3)      Anda sehari-hari aktivitas seperti mandi, pengukusan, pengeringan pakaian basah dan lain-lain.

9.      Letak Dapur
Pengertian Dapur adalah : Suatu ruangan khusus yang dipergunakan untuk pengolahan bahan makanan dari mentah sampai bahan siap untuk di makan.
a.     Lantai dapur
Lantai dapur kita perlu memenuhi beberapa persyaratan, seperti kuat dan kokoh, sehingga tak mudah bergerak atau pecah. Lalu dilapisi bahan rapat air,  misalnya keramik,  marmer, dan lain-lain, sehingga tak mudah menyerap air bersama bau makanan yang mudah busuk. Kelembapan dan timbunan air kotor yang membusuk bisa menyebabkan bakteri berkembangbiak dengan baik. Kemudian, mudah dibersihkan, halus, dan tak licin. Sebaiknya dibuat rata dan datar, tak banyak lekukan atau sudut-sudut yang  menyulitkan pembersihan. Bahan lapisan yang dipilih juga merupakan bahan yang  mudah dibersihkan. Halus dan tak licin sehingga terasa nyaman waktu diinjak dalam kedaan basah sekalipun serta tidak menimbulkan debu.
b.    Dinding dapur
Dinding dapur kita sebaiknya didesain kokoh dan rapat air, agar tak mudah pecah dan tak mudah mengisap air. Dinding dapur perlu dibuat rata, tak banyak tonjolan yang menyulitkan pada waktu dibersihkan. Konstruksi dinding harus dirancang dengan baik agar tetap berfungsi sebagai penyangga bangunan, tetapi vertikal.
Dinding yang  rata mudah dibersihkan dan menghindari terjadinya penimbunan debu. Pelapis dinding dibuat dari bahan yang tak mudah rusak dan mudah dibersihkan apabila terkena kotoran. Pertemun atau sambungan antara dinding dengan plafon antara tembok dan lantai, agar dibuat tak bersudut runcing, tetapi agak bulat, sehingga mudah dibersihkan.
Warna putih sangat cocok buat rona dinding dapur, sebab rona putih terlihat cerah dan natural. Di samping itu, rona putih bisa menonjolkan rona lain yang inheren pada rona putih, setiap noda yang  inheren akan mudah terlihat dan bisa segera dibersihkan. Rona cerah secara psikologis bisa menaturalkan rasa sejuk dan mengurangi ketegangan syaraf.
10.    Luas pintu, jendela, dan jendela udara
Luas pintu, jendela, dan jendela udara sebaiknya dibuat seluas 40 persen dari luas dinding dapur. Pintu dan ventilasi dibuat sewajarnya sehingga bisa berfungsi dengan baik. Ventilasi dibuat berlapis kawat, sehingga bisa menghalangi lalat atau serangga lainnya nan terbang masuk ke dapur. Selain itu, pintu dan ventilasi berkaca dan mudah ditembus sinar agar mampu mendapat penyinaran sebanyak-banyaknya.
11.    Ventilasi udara
Ventilasi di dapur kita agar berfungsi dengan baik, melancarkan sirkulasi udara.Lalu, mudah dibersihkan. Sebaiknya dilapisi dawai kasa yang bisa mencegah masuknya lalat dan serangga ke dapur.
12.    Lampu penerangan
Sebaiknya dapur kita cukup terang, sehingga memudahkan dalam proses pengolahan makanan. Penerangan yang mampu menerangi sampai ke sudut-sudut bagian dapur juga memudahkan dalam proses membersihkan.
13.    Tempat mencuci tangan
Tempar cuci tangan dibuat dari bahan rapat air dan mudah dibersihkan. Lalu, tersedia sabun atau detergen spesifik pencuci tangan, sehingga tangan betul- betul terbebas dari bakteri ketika mengolah makanan. Lalu, tersedia tissu buat menggantikan handuk yang umumnya dipakai bersama - sama,  kurang bersih, dan bisa berfungsi sebagai media penularan bakteri.
14.  Sarana Pembuangan Sampah
Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang keberadaannya banyak menimbulkan masalah apabila tidak dikelola dengan baik. Apabila dibuang dengan cara ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Apabila dibakar akan menimbulkanpengotoran udara. Kebiasaan membuang sampah disungai dapat mengakibatkan pendangkalan sehingga menimbulkan banjir. Dengan demikian sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber pencemar pada tanah, badan air dan udara.
Berdasarkan asalnya, sampah digolongkan dalam dua bagian yakni sampah organik ( sampah basah ) dan sampah anorganik ( sampah kering ). Pada tingkat rumah tangga dapat dihasilkan sampah domestik yang pada umumnya terdiri dari sisa makanan, bahan dan peralatan yang sudah tidak dipakai lagi, bahan pembungkus, kertas, plastik, dan sebagainya.
Teknik pengelolaan sampah yang baik diantaranya harus memperhatikan faktor-aktor sebagai berikut :
a.    Penimbulan sampah
b.    Penyimpanan sampah
c.    Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
d.   Pengangkutan
e.    Pembuangan.
Agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia, maka perlu pengaturan pembuangannya, seperti penyimpanan sampah yaitu tempat penyimpanan sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan untuk diangkut serta dibuang (dimusnahkan). Untuk tempat sampah tiap-tiap rumah isinya cukup 1 m3. Tempat sampah janganlah ditempatkan di dalam rumah atau pojok dapur, karena akan menjadi gudang makanan bagi tikus-tikus sehingga rumah banyak tikusnya.
Adapun syarat tempat sampah adalah sebagai berikut :
a.    Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat sehingga tidak mudah bocor, kedap air.
b.    Tempat sampah harus mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibuka, dikosongkan isinya serta mudah dibersihkan. Sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan.
c.    Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oleh satu orang atau ditutup.
d.   Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga atau binatang-binatang lainnya seperti tikus, ayam, kucing dan sebagainya.

15.Kandang Ternak
Kandang merupakan salah satu kebutuhan penting dalam usaha peternakan. Kandang adalah struktur atau bangunan di mana hewan ternak dipelihara. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan serta perawatan ternak. Terdapat banyak sekali jenis kandang, baik berdasarkan tipe maupun bahan yang digunakan untuk membuat kandang tersebut, sedangkan penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan. secara tidak langsung kandang juga mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil peternakan. Kandang yang fungsional akan menambah pendapatan bagi para pemiliknya. Kali ini saya akan membahas tentang fungsi dan syarat-syarat suatu kandang.
a. Fungsi kandang
1)      Memudahkan pengelolaan ternak dalam proses produksi seperti pemberian pakan, minum, pengelolaaan kotoran/ limbah dan perkawinan.
2)      Menjaga keamanan ternak dari pencurian.
3)      Meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja.
4)      Melindungi ternak dari perubahan cuaca atau iklim yang ekstrim (panas, hujan dan angin).
5)      Mencegah dan melindungi ternak dari penyakit.
b.   Persyaratan kandang
Pembuatan kandang untuk ternak perlu memperhatikan beberapa persyaratan antara lain dari segi teknis, ekonomis,  kesehatan kandang (ventilasi kandang, pembuangan kotoran), efisiensi pengelolaan dan kesehatan lingkungan sekitarnya.

c.  Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang adalah sebagai berikut:
1)      Kandang hendaknya dibuat dari bahan yang murah tetapi kuat, serta mudah didapatkan dari daerah sekitar.
2)      Tidak banyak dilewati lalu lintas umum
3)      Kandang mudah dibersihkan.
4)      Kandang terletak jauh dari tempat tinggal.
5)      Pertukaran udara di dalam kandang dapat berlangsung dengan baik.\
6)      Sinar matahari dapat masuk ke dalam kandang.
7)      Lingkungan kandang bersih dan kering.

c.  Pemilihan lokasi:
Pertimbangan yang harus dilakukan dalam memilih lokasi antara lain adalah :
1)      Ketersediaan sumber  air untuk minum, memandikan dan membersihkan kandang ternak,
2)      Dekat dengan sumber pakan,
3)      Kemudahan akses transportasi untuk penyediaan pakan dan pemasaran, 
4)      Tersedia areal untuk perluasan jika dibutuhkan,
5)      Lokasi lebih tinggi dari sekelilingnya sehingga memudahkan untuk pembuangan limbah dan menghindari genangan air pada waktu hujan,
6)      Jarak kandang dengan bangunan umum dan perumahan minimal 10 m,
7)      Tidak mengganggu kesehatan lingkungan,
8)      Relatif jauh dari jalan umum.
9)      Limbah ternak dapat tersalur dengan baik. 
d.      Konstruksi:
Konstruksi sangat menentukan ketahanan bangunan, kandang harus dibuat sekokoh mungkin sehingga mampu menahan beban dan benturan serta dorongan yang kuat dari ternak, mudah dibersihkan, mempunyai sirkulasi udara yang baik sehingga  tidak lembab dan tersedia tempat penampungan kotoran beserta saluran drainasenya.
Konstruksi kandang dirancang sesuai dengan kondisi  wilayah setempat, tujuan pemeliharaan, dan status fisiologis ternak. Untuk dataran tinggi model kandang sapi Potong yang baik adalah lebih tertutup untuk melindungi ternak dari cuaca  dingin, sedangkan untuk dataran rendah kebalikannya yaitu bentuk kandang yang lebih tinggi dan lebih terbuka. Tipe dan bentuk kandang disesuaikan dengan  status fisiologis dan pola pemeliharaan ternak seperti kandang pembibitan, penggemukan, pembesaran, kandang beranak/ menyusui dan kandang pejantan.
e.       Bahan kandang:
Bahan kandang hendaknya disesuaikan dengan tujuan usaha dan kemampuan ekonomi. Dalam memilih  bahan kandang hendaknya dipilih bahan lokal yang banyak tersedia dan minimal tahan digunakan untuk jangka waktu 5 – 10 tahun agar sealam waktu itu kita sudah mempunyai keuntungan/ modal lagi untuk membuat kandang.
f.     Bagian-bagian kandang seperti
1) Lantai kandang 
Lantai untuk ternak sapi harus  kuat, tahan lama, tidak licin dan tidak terlalu kasar, mudah dibersihkan dan mampu menopang beban yang ada diatasnya. Dapat berupa tanah yang dikeraskan, beton, pasir semen (PC) dan kayu yang kedap air. Tingkat kemiringan lantai kandang sangat penting untuk menjaga drainase kandang. Tingkat kemiringan lantai tidak boleh lebih dari 5% artinya perbedaan tinggi antara lantai depan dengan lantai belakang pada setiap panjang lantai 1 meter tidak boleh lebih dari 5 cm.
Untuk ternak kambing atau domba, Lantai kandang berkolong dapat dibuat dari bilah bambu atau kayu. Lebar bilah sekitar 3 cm dan jarak antar bilah sekitar 5 cm. Jarak antar bilah tidak tidak boleh terlalu rapat agar kotoran dapatjatuh ke kolong, tetapi juga tidak boleh terlalu longgar agar kaki kambing/ domba tidak terperosok ke bawah. Jarak lantai dari permukaan tanah 60-80 cm.
2)  Kerangka kandang
Kerangka kandang dapat dibuat dari bahan yang tersedia di lingkungan sekitar seperti bambu atau kayu. Kerangka kandang harus dibuat dengan bahan-bahan yang mempunyai kekuatan dan ketahanan yang lama
3)  Atap kandang.
Atap kandang berguna untuk menghindarkan temak dari air hujan dan terik matahari serta menjaga kehangatan pada malam hari. Bahan atap dapat dibuat dari genting, ilalang, daun kelapa atau daun tebu. Atap kandang hendaknya dibuat miring sekitar 30 derajat, agar air hujan dapat lancar mengalir. Ketinggian atap hendaknya tidak terlalu rendah agar kandang tidak terasa panas. Teras kandang harus cukup lebar, agar tampias hujan tidak mengganggu ternak. Untuk daerah kering beriklim kering  sebaiknya ketingggian atap minimal 3,5 meter untuk menjamin sirkulasi udara didalam kandang.
4)  Dinding kandang.
Dinding kandang berguna untuk membentengi. ternak agar tidak lepas, menahan angin, dan menahan suhu udara agar tetap nyaman. Dinding kandang domba dapat dibuat dari papan, bilah bambu atau anyaman bambu untuk ternak sapi dapat memakai besi atau dinding. Di daerah yang anginnya kencang, dinding tertutup rapat setinggi ternak, sehingga ternak tidak terkena terpaan angin secara langsung.

B.       PENYAKIT ISPA
1.      Pengertian ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru (Kartika Sari Wijayaningsih, 2013).
ISPA merupakan penyakit yang seringkali dilaporkan sebagai 10 penyakit utama di negara berkembang. Gejala yang sering dijumpai adalah batuk, pilek dan kesukaran bernafas. Episode atau serangan batuk pada anak, khususnya balita adalah 6 sampai 8 kali per tahun (Anik Maryunani, 2010).
Secara garis besar ISPA di bedakan menjadi Common Cold (pemicunya asalah virus Rhinovirus, Respiratory, Syncytialsvirus, Adenovirus, dll) dan Influenza (dipicu oleh virus Influenza). Penyakit ini sering muncul pada musim Pancaroba akibat sirkulasi virus di udara yang meningkat, selain itu perubahan udara dari panas ke dingin sering kali memperlemah daya tahan tubuh.
Menurut Anik Maryunani (2010), pengertian ISPA yaitu :
1.      Istilah ISPA merupakan yang merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan AkutI  diperkenalkan pada tahun 1984. Istilah ini merupakan padanan dari istilah Inggris acute respiratory infections.
2.      ISPA atau infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah suatu kelompok penyakit yang menyerang saluran pernafasan.
3.      Secara anatomis, ISPA dapat dibagi dalam dua bagian yaitu ISPA Atas dan ISPA Bawah, dengan batas anatomis adalah suatu bagian dalam tenggorokan yang disebut epiglotis.
a)    ISPA Atas (Acute Upper Respiratory Infections)
ISPA Atas yang perlu diwaspadai adalah radang saluran tenggorokan atau pharingitis dan radang telinga tengah atau otitis. Pharingitis yang disebabkan kuman tertentu (Streptococcus hemolyticus) dapat berkomplikasi dengan penyakit jantung (endokarditis). Dapat berakibat terjadinya ketulian.
b)   ISPA Bawah (Acute Lower Respiratory Infections)
Salah satu ISPA Bawah yang berbahaya adalah pneumonia.

2.  Tingkat Penyakit ISPA
Menurut Kartika Sari Wijayaningsih (2013), tingkat penyakit ISPA yaitu :
1.    Ringan
Batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali/menit, hidung tersumbat atau berair, tenggorokan merah, telinga berair.
2.    Sedang
Batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen dengan pembesaran kelenjar limfe leher yang nyeri tekan (Adentis Servikal).
3.    Berat
Batuk dengan nafas cepat dan stridor, membran keabuan di faring, kejang, apnea, dehidrasi berat atau tidur terus, tidak ada sianosis.
4.    Sangat berat
Batuk dengan nafas cepat, stridor dan sianosis serta tidak dapat minum.

3.  Penyebab ISPA
Disamping disebabkan oleh lebih dari 300 jenis kuman, baik berupa virus, bakteri, maupun rickettsia. Penyebab pneumonia pada balita di negara berkembang adalah bakteri, yaitu  Streptococcus  pneumoniae dan Haemophylus lobar (Anik Maryunani, 2010).

4.  Usaha yang Dilakukan untuk Melakukan PencegahanTerhadap ISPA.
Seperti halnya berbagai upaya kesehatan, pemberantasan ISPA dilaksanakan oleh pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan termasuk didalamnya petugas kesehatan bersama masyarakat. Dalam upaya penanggulangan ISPA, Departemen Kesehatan telah menyiapkan sarana kesehatan (seperti puskesmas pembantu/Pustu, Puskesmas, Rumah sakit) untuk mampu memberikan pelayanan penderita ISPAdengan tepat dan segera.
Teknologi yang dipergunakan adalah teknologi tepat guna yaitu teknologi deteksi dini pneumonia balita yang dapat diterapkan oleh sarana kesehatan terdepan.Caranya adalah dengan melihat ada tidaknya tarikan dinding dada kedalam dan menghitung frekuensi (gerakan) nafas pada balita yang batuk atau sukar bernafas. Adanya tarikan dinding dada ke dalam merupakan tanda adanya pneumonia berat. Adanya peningkatan frekuensi nafas merupakan tanda adanya pneumonia; yaitu jika frekuensi nafas 40 kali per menit atau lebih pada anak usia 1-5 tahun, 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang 1 tahun, dan 60 kali per menit atau lebih pada anak kurang 2 bulan (Anik Maryunani, 2010).
Untuk ISPA lainnya (bukan pneumonia), seperti batuk pilek, pharingitis dan radang telinga tengah, penanggulangannya juga dilakukan di sarana kesehatan dengan diagnosis dini dan pengobatan tepat segera.

1.   Upaya Pencegahan ISPA
Pencegahan ISPAdilaksanakan melalui upaya peningkatan kesehatan seperti imunisasi, perbaikan gizi dan perbaikan lingkungan pemukiman. Peningkatan pemerataan cakupan kualitas pelayanan kesehatan juga akan menekan morbiditas dan mortalitas ISPA
Karena banyaknya faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA , maka dewasa ini terus dilakukan penelitian cara pencegahan ISPAyang efektif dan spesifik. Cara yang terbukti efektif saat ini adalah dengan pemberian imunisasi camapak dan pertusis (DPT). Dengan imunisasi campak yang efektif, sekitar 11% kematian pneumonia balita dapat dicegah dan dengan imunisasi pertusis (DPT), 6% kematian pneumonia dapat dicegah.Secara umum dapat dikatakan bahwa cara pencegahan ISPA adalah dengan hidup sehat, cukup gizi, menghindari polusi udara dan pemberian imunisasi lengkap (Anik Maryunani, 2010).
Pemerintah telah membangun rumah sakit, Puskesmas, Pustu (Puskesmas pembantu) di seluruh penjuru tanah air. Pemerintah juga telah menempatkan bidan di desa-desa, menggalakkan hidup bersih dan sehat, menggalakkan produksi dan distribusi obat generik serta melaksanakan program kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu.
2.    Peranan masyarakat dalam Penanggulangan ISPA
Peranan masyarakat sangat menentukan keberhasilan upaya penanggulangan ISPA. Yang terpenting adalah masyarakat memahami cara deteksi dini dan cara mendapatkan pertolongan (care seeking). Akibat berbagai sebab, termasuk hambatan geografi, budaya dan ekonomi, pemerintah juga menggerakkan kegiatan masyarakat seperti Posyandu, Pos Obat Desa dan lain-lainnya untuk membantu balita yang menderita batuk atau kesukaran bernafas yang tidak dibawa berobat sama sekali.
Bagi masyarakat yang telah terjangkau dan telah memanfaatkan sarana kesehatan, perlu melaksanakan pengobatan dan nasehat yang diberikan oleh sarana atau tenaga kesehatan. Selanjutnya seluruh masyarakat perlu mempraktekkan cara hidup bersih dan sehat agar dapat terhindar dari berbagai penyakit termasuk ISPA.
3.    Pengobatan ISPA yang Rasional
Hal yang perlu diperhatikan juga adalah pengobatan ISPA yang rasional. Penderita pneumonia memerlukan obat antibiotika, demikian juga penderita pharingitis yang disebabkan oleh  Streptococcus  Haemoliticus. Tetapi tidak semua penderita ISPA memerlukan antibiotika, misalnya yang disebabkan oleh virus seperti batuk pilek biasa. Selanjutnya, pemberian obat batuk pada balita juga tidak dianjurkan. Pada balita yang batuk, lebih tepat diberikan pelega tenggorokan seperti minuman hangat.




BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Populasi dan Sampel
Populasi dari kegiatan PBL I ini adalah 2.438KK di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo. Sampel dari kegiatan PBL I ini adalah 122KK di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo.

B.     Lokasi dan Waktu
Lokasi PBL 1 kelompok 1 adalah diwilayah kerja Puskesmas Sidomulyo yaitu di Kelurahan Sidumulyo. Waktu pelaksanaan kegiatan PBL 1 ini adalah tanggal tanggal 4 April s/d 25 April 2016.

C.    Teknik Pengumpulan Data
1.      Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung pada responden atau masyarakat di lapangan dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan langsung di lapangan dengan mendatangi setiap rumah penduduk.
2.      Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui register yang ada di UPTD (Unit Pelaksana teknis dinas) Puskesmas SidomulyoKelurahan Sidomulyo.

D.    Pembimbing Kegiatan PBL I
1.      Pembimbing Akademik
Pembimbing Kelompok I (satu) yang telah ditunjuk dari pihak akademik adalah BapakDr.H.Buyung Keraman,M.Kes.
2.      Pembimbing lapangan yang telah dipercaya oleh pihak  UPTD (Unit Pelaksana teknis dinas) Puskesmas Sidomulyo  untuk menjadi pembimbing kelompok  yakni Bunda Armila Susantri SKM.

E.     Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang dilakukan secara manual dan dibantu computer yaitu dengan menggunakan program software Excel.
Analisis data dilakukan secara manual dan dibantu komputerisasi dengan menggunakan analisis intervensi data dari yang telah diambil selama proses pendataan dalam bentuk table dan dilakukan pengukuran dalam bentuk presentasi.

F.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukandi kelurahan Sidumolya dari tanggal 4-25 April 2016.Dengan jumlah 122 KK, ternyata 10 (sepuluh) penyakit terbesar yang ditemukan yaitu:

No.
PENYAKIT
TOTAL
1
Batuk/Ispa
17
2
Malaria
3
3
DBD
1
4
Hpertensi
3
5
DM
1
6
Campak
1
7
Stroke
1
8
Maag
1
9
jantung
1
10
Diare
1



BAB  IV
HASIL KEGIATAN

A.    Gambaran Umum
1.      Geografi dan Pemerintahan
Dalam memberikan pelayanan kepada masyrakat, Puskesmas Sidomulyo didukung oleh 28 orang yang terdiri dari.
a.       Dokter Umum        : 1
b.      Dokter Gigi            : 1
c.       S1 keperawatan      : 1
d.      S1 Gizi Kesmas      : 2
e.       S1 Epid                   : 1
f.       Kasubbag TU         : 1
g.      DIV Kebidanan      : 3
h.      D3 Keperawatan    : 6
i.        D3 Analis Kes        : -
j.        D3 Farnasi              : -
k.      D3 Kebidanan        : 6
l.        D3 Rontgen            : -
m.    D3 Gizi                   : -
n.      D3 TIK                   : -
o.      D1 Perawat             : 2
p.      Perawat Gigi           : 1
q.      Apoteker                 : 1
r.        Asisten Apoteker    : 1
s.       D1 Bidan                : 1
t.        Administrasi           : -

2.      Kependudukan
Penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Sidomulyopada tahun 2015 berjumlah 2.438KK yang terdiri dari  11,499 jiwa

3.      Sosial ekonomi dan budaya
Penduduk wilayah puskesmas Sidomulyo merupakan rata-rata penduduk asli dari provinsi bengkulu  dan mayoritas penduduk memeluk agama islam. Bila dilihat secara umum kehidupan masyarakat sudah cukup baik dan sebagian besar penduduknya bekerja di pemerintah setempat lain dari petani dan buru harian dengan tingkat pendidikan dari yang tidak sekolah sampai penguruan tinggi.

Pendidikan yang tersebar di wilayah puskesmas sidomulyo ;
1.                   PAUD/TK                               : 8 PAUD/TK
2.                   SD                                           : 3 SD
3.                   SLTP                                       : 2 SLTP
4.                   SLTA                                      : 3 SLTA
5.                   PERGURUAN TINGGI        : 1 PERGURUAN TINGGI

4.      Sarana Air bersih dan jamban keluarga
Sarana Air minum dan jamban di wilayah Puskesmas Sidumulyo rata-rata sudah memiliki  jamban yang layak.

5.      Keadaan lingkungan fisik
Keadaan rumah penduduk terdiri dari rumah permanen dan semi permanen


B. Hasil kegiatan
1. sanitasi Dasar
   Sanitasi dasar adalah sanitasi minuman yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada penggawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolahan sampah dan saluran limbah berdasarkan hasil pendataan di wilayah kerja puskesmas Sidomulyo dapat dilihat pada lampiran 1 Data kegiatan PBL yang dilaksanakan pada tanggal 14 april s/d 25 April 2016 berjumlah 2,438 KK .
Berdasarkan data sanitasi ,sanitasi dasar yang diperoleh mengenai tentang keadaan penduduk di kelurahan Sidomulyo sebagai berikut :

Table 1
Cakupan sanitasi Dasar  Di wilayah Kerja Puskesmas
Sidomulyo tahun 2016

No

Indikator

RT
035
037
019
MS
TMS
MS
TMS
MS
TMS
1
Rumah
17
8
22
22
35
18
2
  SAB
14
11
9
35
49
4
3
Jamban
22
3
33
11
47
6
4
Tempat sampah
19
6
30
14
44
9
 5
SPAL
15
10
26
18
33
20
6
Kandang ternak
-
5
-
8
-
8

      Idikator lingkungan meliputi rumah yang memenuhi standar kesehatan terdiri dari lantai bukan tanah sedangkan ventilasi , pencahayaan, kelembapan, dan letak dapur yang baik yaitu :
a.       Dari 25 .KK di RT 35, KK  rumah yang diperiksa memenuhi standar di kelurahan sidomulyo  17 KK dan tidak memenuhi standar kesehatan ada 8 KK
b.      Dari 44  KK di RT 37, KK yang diperiksa memenuhi standar di kelurahan sidomulyo  22  KK dan tidak memenuhi standar kesehatan ada 22 KK
c.       Dari 53 KK di RT 19, KK yang diperiksa memenuhi standar di kelurahan sidomulyo  35 KK dan tidak memenuhi standar kesehatan ada 18 KK

Sumber air bersih yang digunakan yaitu sumur galian, sumur bor, dan PDAM , yang memakai sumber air bersih yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat yaitu :
a.       Dari  RT 35 dari 25 jumlah sumber air bersih  yang diperiksa memenuhi syarat di kelurahan sidomulyo 14  KK dan tidak memenuhi syarat 11 KK
b.      Dari  RT 37 dari 44 jumlah sumber air bersih  yang diperiksa memenuhi syarat di kelurahan sidomulyo  9 KK dan tidak memenuhi syarat 35 KK
c.       Dari  RT 19 dari 53 jumlah sumber air bersih  yang diperiksa memenuhi syarat di kelurahan sidomulyo  49  KK dan tidak memenuhi syarat 4 KK

Mengenai jamban keluarga yang memenuhi syarat atau standar kesehatan dan yang tidak memenuhi standar kesehatan yaitu :
a.         Dari  RT 35 dari 25 jumlah jamban keluarga yang diperiksa memenuhi syarat di kelurahan sidomulyo  22 KK dan tidak memenuhi syarat ada 3 KK
b.         Dari  RT 37dari 44 jumlah jamban keluarga yang diperiksa memenuhi syarat di kelurahan sidomulyo  33 KK dan tidak memenuhi syarat ada 1 KK
c.         Dari  RT 19 dari 53  jumlah jamban keluarga yang diperiksa memenuhi syarat di kelurahan sidomulyo  47 KK dan tidak memenuhi syarat ada 6 KK

Untuk masalah tempat sampah yang memenuhi standar kesehatan yaitu yang terpisahnya sampah organik dan anorganik,tertutup rapat,tidak dapat terjangkau oleh binatang dan tidak menimbulkan bau yang menggangu yaitu :
a.         Dari  RT 35 dari 25  jumlah sarana pembuangan sampah yang diperiksa memenuhi syarat di kelurahan sidomulyo  19 KK dan tidak memenuhi syarat ada 6 KK
b.         Dari  RT 37 dari 44 jumlah sarana pembuangan sampah yang diperiksa memenuhi syarat di kelurahan sidomulyo  30 KK dan tidak memenuhi syarat ada14 .KK
c.         Dari  RT 19 dari 53 jumlah sarana pembuangan sampah yang diperiksa memenuhi syarat di kelurahan sidomulyo 44 KK dan tidak memenuhi syarat ada 9 KK

Untuk SPAL yang memenuhi syarat dan SPAL yang tidak memenuhi syarat yaitu :
a.         Dari  RT 35 dari  jumlah SPAL yang diperiksa adalah 25 KK memenuhi syarat di kelurahan sidomulyo  15  KK dan tidak memenuhi syarat ada 10 KK
b.         Dari  RT 37 dari jumlah SPAL yang diperiksa adalah 44 KK memenuhi syarat di kelurahan sidomulyo  26 KK dan tidak memenuhi syarat ada 18 KK
c.         Dari  RT 19 dari jumlah SPAL yang diperiksa adalah 53 KK memenuhi syarat di kelurahan sidomulyo  33 KK dan tidak memenuhi syarat ada 20 KK

Untuk masalah kandang ternak yang memenuhi syarat dan SPAL yang tidak memenuhi syarat yaitu :
a.         Di RT 35 jumlah kandang ternak 5 KK Diantara kandang-kandang tersebut yang memenuhi standar kesehatannya yaitu salah satunya tidak dekat dengan SAB atau dapur atau menyatu dengan rumah ada 0 KK ,sedangkan yang tidakmemenuhi standar kesehatan ada 5 KK
b.         Di RT 37 jumlah kandang ternak 8 KK Diantara kandang-kandang tersebut yang memenuhi standar kesehatannya yaitu salah satunya tidak dekat dengan SAB atau dapur atau menyatu dengan rumah ada 0 KK ,sedangkan yang tidak memenuhi standar kesehatan ada 8 KK
c.         Di RT 19 jumlah kandang ternak 8 KK Diantara kandang-kandang tersebut yang memenuhi standar kesehatannya yaitu salah satunya tidak dekat dengan SAB atau dapur atau menyatu dengan rumah ada 0 KK ,sedangkan yang tidakmemenuhi standar kesehatan ada 8 KK.

Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau fikiran yang menyebabkan ketidak nyamanan ,di fungsi atau kesukaran terhadap orang yang di pengaruhinya berdasarkan data penyakit yang sedang diderita sebagai berikut
Table 2.
Penyakit yang sedang di derita di wilayah kerja puskesmas Sidomulyo tahun 2016

No

Indikator

RT
035
037
019
Jml
%
Jml
%
Jml
%
1
Batuk
4
44,4%
7
63,6%
6
60%
2
Malaria
2
22,2%
-
-
1
10%
3
DBD
-
-
1
9,09%
-
-
4
Hipertensi
2
22,2%
-
-
1
10%
5
DM
-
-
-
-
1
10%
6
Campak
-
-
1
9,09%
-
-
7
Stroke
-
-
1
9,09%
-
-
8
Maag
-
-
1
9,,09%
-
-
9
Jantung
-
-
-
-
1
10%
10
Diare
1
11,1%
-
-
-
-
Jumlah
9
99,9%
11
99,96%
10
100%

Berdasarkan data penyakit yang sedang di derita di wilayah kerja puskesmas Sidomulyo diperoleh data penyakit yang paling banyak adalah Batuk (ISPA).

Table 3
Cakupan status gizi di wilayah kerja puskesmas perawatan sidomulyo

No

Indikator

RT
035
037
019
Jmlh
%
Jmlh
%
Jmlh
%
1
Gizi buruk
-
-
-
-
-
-
2
 Gizi normal
6
100%
14
100%
28
100%
3
Gizi gemuk
-
-
-

-

4
Punya KMS
6
100%
14
100%
28
100%
5
Imunisasi lengkap
6
100%
10
71,4%
25
89,2%
6
Imunisasi tidak lengkap
-

4
28,5%
3
10,7%

Table 4.
Cakupan bayi diwilayah kerja puskesmas Sidomulyo tahun 2016

No
Indikator
RT
035
037
019
1
Jumlah kematian bayi
-
-
-
2
 Jumlah bayi BBLR
-
-
-
3
Jumlah bayi diberi ASI esklusif
-
3
-
Jumlah bayi
-
3
-

Table 5.
Cakupan pra usia lanjut dan usia lanjut di wilayah kerja puskesmas
Sidomulyo tahun 2016

No

Indikator

RT
035
037
019
1
Pra usila
13
12
28
2
Usila
8
4
13
Jumlah
21
16
41

Table 7.
Pasangan usia subur ,wanita usia subur dan remaja ( USIA PRODUKTIF )
Diwilayah kerja puskesmas Sidomulyo tahun 2016

No
Indikator
RT
035
037
019
1
PUS
13
22
36
2
 WUS
20
38
56
3
REMAJA
18
30
31
Jumlah
51
90
123

C.      PEMBAHASAN
Setelah kami melakukan kegiatan pendataan di lapangan yang di laksanakan di wilayah kerja puskesmas Sidomulyo dari tanggal 4 April – 25 April 2016 , di peroleh data sepuluh penyakit terbesar  yang di temukan yaitu :

No
Indikator
TOTAL
1
Batuk/ISPA
17
2
Malaria
3
3
DBD
1
4
Hipertensi
3
5
DM
1
6
Campak
1
7
Stroke
1
8
Maag
1
9
Jantung
1

            Adapun penyakit ISPA merupakan penyakit terbesar nomor 1 di kelurahan Sidomulyo, dan pada hasil pendataan yang km lakukan kami menemukan  sebayak 17 penderita kasus ispa, sementara penyebab ISPA  karena kondisi lingkungan fisik rumah yang belum memenuhi standar kesehatan serta minimnya sumber air bersih. perilaku masyarakat yang belum menjalankan fungsi perilaku hidup bersih dan sehat serta kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga dan memelihara lingkungan di sekitar mereka tinggal dan juga kondisi tempat tinggal yang kurang memadai .

            Berdasarkan data tersebut kelompok 1 melakukan intervensi pada kelurahan sidomulyo karena  tingginya penyakit ISPA di kelurahan sidomulyo. Dengan  mengkaitkan hubungan penyakit ISPA dengan Rumah Sehat dan perilaku masyarakat yang belum menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat  (PHBS) dengan baik, serta minimnya sumber air bersih, dimana air bersih merupakan salah satu indikator penting dalam syarat rumah sehat.
            Oleh karena itu, kami memfokuskan untuk melakukan  intervensi di RT 35 dengan alternatif pemecahan masalah yaitu :
1.      Promosi kesehatan berupa penyuluhan
Melalui penyuluhan kesehatan di harapkan mendapat pengetahuan tentang rumah sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta cara pencegahanya dalam hal ini, masyarakat  sebagai sasaran utama penyuluhan  diharapkan dapat meningkatkan kepedulianya terhadap masalah kesehatan utama serta diharapkanjuga  dapat meningkatkan kepeduliannya terhadap masalah kesehatan rumah dan perilaku hidup bersih (PHBS).
2.      Penanggulangan masalah air bersih
Selain penyuluhan kesehatan intervensi yang akan kami lakukan berdasarkan pokok permasalahan rumah sehat yang paling dominan pada RT  35 yaitu kurang tersediannya sumber air bersih, maka kami akan mendemontrasikan proses pembutan alat penyaring air/Alat Filter air sederhana. Yang proses pembuatannya tidak terlalu sulit dan tidak membutuhkan biaya yang besar, sehingga dapat diaplikasikan dengan mudah oleh masyarakat, sehingga diharapkan dapat mengatasi masalah air bersih pada RT 35.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KESIMPULAN
Beberapa hasil pengalaman belajar Lapangan (PBL 1)
Berdasarkan hasil penelitian di wilayah tingkat RT kelurahan Sidomulyo di peroleh masalah yang paling banyak adalah rumah yang beum memenuhi standar kesehatan dan ISPA. Jadi masalah yang kami angkat adalah Rumah Sehat (mengatasi permasalahan air bersih)   dan penyuluhan ISPA karena masalah yang sesuai dengan latar belakang jurusan pendidikan yang kami ambil saat ini.
1.      Di wilayah kerja puskesmas sidomulyo pada 3 RT yaitu kelurahan Sidomulyo didapat hasil rumah yang tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 74 rumah,   sedangkan data penyakit ISPA yang diderita di kelurahan Sidomolyo sebanyak 17 orang.
2.      Mendapatkan alternatif upaya pemecahan terhadap masalah tersebut memberikan penyuluhan tentang rumah sehat dan ISPA, serta pembutan contoh alat filter/penyaring air yang sederhana, mudah dan murah.

B.  SARAN
1.        Bagi mahasiswa
a.       Mendapatkan ilmu dan pengetahuan tentang permasalahan kesehatan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo khususnya masalah ISPA.
b.      Sebagai bahan untuk menganalisis permasalahan dan menentukan alternative pemecahan masalah.
c.       Mampu menggunakan pengalaman kerjanya untuk mendapatkan kesempatan kerja yang di inginkan setelah selesai studi.
2.         Bagi Puskesmas
Diharapkan untuk menjadi masukan bagi pihak puskesmas selaku penyelenggara kegiatan kesehatan dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan kualitas mutu pelayanan kesehatan. Terutama dalam bidangsanitasi dasar dan penyakit menular khusus nya ISPA
3.         Bagi STIKES TMS
Tersedia nya referensi atau informasi yang diharapkan dapat berguna bagi mahasiswa khususnya jurusan kesehatan masyarakat STIKES TMS Bengkulu.